Seorang hamba akan berpamitan meninggalkan bagian-bagiannya, yaitu pakaiannya, rumahnya, keluarganya, anak-istrinya, lalu melangkah maju. Ia datang dengan dua langkah, yakni harapan dan takut, begitulah ia maju. Ia tidak mengetahui segala sesuatu sehingga ia tinggalkan segala sesuatu tanpa mengetahui apa untung dan ruginya.
Jika ia telah meninggalkan segala sesuatu itu, maka ia telah datang ke pintu Raja, berdiri bersama pembantu dan penjaganya dengan rasa takut dan harap. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Ketika Raja memandang kepadanya dan kepada keadaannya, Raja berkata kepada para pembantunya, “Sambutlah ia dan berikanlah segalanya.” Kemudian ia akan berbolak-balik dari satu kesibukan kepada kesibukan yang lain sehingga diperlihatkan kepadanya rahasia-rahasia-Nya. Kepadanya diberikan mahkota dan kedudukan yang tinggi serta dikatakan, “Dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku.” (Q.S. Yusuf:93)
<Suluk Abdul Jalil>
Tawaf cinta Ilahi
╔══════╦═══╗
keluarga═hamba═ﷲ
╚══════╩═══╝
Tentu yang dimaksud dengan “meninggalkan segala bagiannya di dunia” di atas tidak selalu bermakna benar-benar meninggalkan dunia: menelantarkan anak-istri, tidak bekerja, lalu pergi ke hutan belantara mencari Tuhan. Intisari yang dimaksud adalah sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdul Qadir Jailani rah. a. berikut ini.
“Orang mukmin lahirnya bergerak bekerja, batinnya tenang kepada Tuhannya Azza wa Jalla. Lahirnya untuk keluarganya, tetapi batinnya untuk Tuhannya.”
Allahu’alam.
و الحمد لله
سبحان الله